Lebaran tanpa bapak

Kepergian bapak di 30 Mei 2018, membuat hati saya retak. Jarak membuat saya gak bisa mendekap bapak saat itu.


Jam stgh 7 pagi kabar itu sampai ditelinga saya, padahal bapak udah pergi dari subuh, saat mama terbangun untuk sahur - Kata mama, bapak meninggal seperti tidur “Senyum penuh keteduhan” .

Dan nyatanya saya tau ketika seorang teman menggedor rumah karena saya gak bisa dihubungi sama sekali. Ketika membuka pintu, saya dipeluk begitu erat. “Choty, bapak udah gak ada”, ucap teh juli kepada saya. Saya terhentak diam tanpa tau apa yang harus saya lakukan, rasanya dunia saya runtuh. Kemudian gak terasa air mata saya turun tanpa diminta, saya mengambil hp dan ternyata ada ratusan telpon melalui whatsapp call yang tak kunjung saya angkat. 


Saat itu saya mengutuk diri saya, Anak macam apa saya? Kenapa saya menyempatkan tidur? . 


Kemudian saya bergegas pergi ke bandara Soekarno Hatta yang jaraknya cukup jauh dari kota cilegon, 2-3 jam perjalanan. Bermodal naik gocar langganan, saya cuman terdiam di mobil sambil menangis tanpa henti “Ya Allah mudahkan perjalanan saya untuk ketemu bapak untuk terakhir kali, mengantarkan bapak sampai akhir”, ucap saya dalam hati.


Allah memudahkan setiap urusan hambanya, Allah baik. Sampai dibandara tanpa macet dan dapet flight paling pagi terakhir, sampai dibandara Batam jam 11.30 siang sebelum bapak disholatkan.


Mengsholatkan dan mencium kening bapak adalah hal yang tak ingin saya lewatkan. Tapi Alfatihah akan selalu terselip untuk bapak disetiap waktu. 


                                       **


Tidak seperti biasanya, tahun ini sedikit janggal untuk saya. Kalau sebelumnya tiap tahun kita merayakan lebaran lengkap seperti keluarga kebanyakan, tapi tahun ini raga bapak gak ada bareng kita- tapi kita percaya hari itu bapak masih bersama kita. 


Salah satunya adalah momen sungkeman yang menjadi agenda wajib saat lebaran, setelah mbah uti, bapak adalah laki-laki pertama yang selalu saya raih tangannya untuk minta maaf atas apa yang dilakukan selama ini, cium tangannya, memeluknya begitu dalam, dan mencium pipi nya. 


Agenda baru yang harus kita jalani untuk pertama kalinya, Nyekar kerumah baru bapak setelah sholat ied. Dalam dan penuh haru, terlihat dari linangan air mata yang gak sengaja jatuh dari sudut mata mama dengan tulus. 


                                      **


Kenyataannya, kehilangan bapak bukan hal baru untuk saya, sebelum raga bapak pergi selamanya- kami (saya dan kakak,adik saya) udah kehilangan bapak sejak lama. 

Sejak dulu saya berpikir, ada atau gak adanya bapak toh sama saja-Mama tetap jadi tulang punggung keluarga sejak bapak gak kerja, kemudian sakit-sakitan.


Bapak tetap akan menjadi bapak


Merasakan sosok bapak seperti di tipi-tipi hanya angan kami belaka, toh kenyataan nya tidak seperti itu. Bapak memang lelaki pertama dihidup saya, tapi untuk saya pribadi, bapak bukan orang pertama yang dirindukan ketika kangen rumah, bukan orang pertama yang dicari ketika patah hati.


Bapak gak begitu berkesan di mata saya-anaknya (saat itu). Sejak SMP sampai saya SMK, hidup saya benar-benar keras. Untuk mencapai semuanya, saya gak bisa minta gitu aja dengan tangan dibawah. Semuanya harus dilakukan dengan memutar otak, seperti dagang sejak masih sekolah misalnya. 

Meminta sesuatu ke mama gak pernah terfikir untuk saya, karena saya tau perjuangan mama untuk kita.


Entah berapa puluh kali mama terus-terusan menangis karena bapak. 

Saya inget banget, saya sempet membentak mama dan bilang “Kalau mama merasa tersiksa seperti ini, kita (anak-anak mama) rela mama hidup tanpa bapak”, ya artinya cerai. Tapi lagi-lagi mama selalu memaafkan bapak, ringan tangannya bapak selalu membuat kita muak.  Bapak bukan sosok lelaki idaman yang saya idamkan, itulah mengapa saya seperti menutup hati saya karena banyak ketakutan. 


Tapi apapun yang terjadi, mama selalu membela bapak. 


Saya begitu menyadari, “kebahagiaan mama adalah hidup dengan bapak- bagaimanapun bapak”.


Bapak bukan sosok lelaki hebat untuk saya dan saudara saya lainnya. Tapi dengan kehidupan yang rumit dan berat, banyak pesan moral yang mengajarkan saya untuk fight terhadap hidup, gak mudah menyerah, kerja keras dan mencapai apa yang saya mau dengan tangan saya sendiri.


Bapak saya gak spesial, tapi dengan hidup yang saat itu saya begitu banyak belajar tentang hidup. 


Al fatihah

Tasmun S bin Wasman

Wafat : 30 Mei 2018