"Beneran mbak mau naik gunung? 
"Udah siap?

Pertanyaan dari temen sekamar saya yang masih ragu akan pilihan saya kala itu. Masi ragu si, tapi harus dicoba, (ucapan meyakinkan diri sendiri ) jawaban saya ke si adek kecil yang memang anak Mapala di kampusnya ini.

Terminal Tirtonadi menjadi saksi kebisuan perjalanan saya saat itu,  kita mulai dari sini ya, mungkin itulah yang akan dikatakannya kepada saya, bisa jadi.

Waktu sudah menunjukkan pukul 18.30 kala itu, embun sudah mulai naik saat kita baru saja sampai di Cemoro Sewu. Selamat datang adalah kata yang pas untuk menyambut arek-arek pendaki yang wajahnya penuh dengan harapan, termasuk saya, harapan untuk seorang pendaki pemula.

Pelan-pelan langkah kaki mulai menapakkan di kegelapan malam, doa dan dzikir selalu saya panjatkan disepanjang nafas saya. Sadar sebagai pemula yang mungkin bisa khilaf kapan saja, Doa adalah harapan saya kepada Tuhan untuk merundukkan ego saya sebagai manusia yang tidak ada apa- apanya ini kepada semesta.

Kami memutuskan camping kala itu, gelap yang sudah tidak bisa menawarkan cahaya apiknya selain senter dan bulan. Apalagi teman teman lain sudah lelah karna menghabiskan waktu diperjalanan dari Jakarta ke Solo. Saya sebagai pemula mah mangut mangut wae..

Tenda sudah kokoh dipasang, Api unggun sudah menebar kehangatannya, kopi panas sudah bergiliran kesana kemari dari tangan satu ke tangan lainnya, ledekan demi ledekan di sertai tawa adalah moment manis dari setiap perjalanan, dan ntah sudah berapa puluh kali pendaki lain bersliweran dengan ucapan khasnya “ Duluan mas atau duluan mbak”. Dengan ucapan inilah yang menjadi ucapan kebesaran saya juga di setiap titik ketemu pendaki lain, sampai sempet beberapa kali mas nya jawab, saya udah nyampai duluan mbak, jadi harusnya saya yang ngucapin "duluan mbak. Ha ha ha, bener juga kata mas itu, tapi bibir yang sudah terbiasa dengan ucapan ini tetep aja gak bisa mengontrolnya, nikmati sajalah.

gunung lawu, camping,pendaki
sebelum pos 1 Gunung Lawu - Nge Camping


Hari kedua kita melanjutkan perjalanan kembali, masih ada 5 pos diatas sana, jadi kaki dan semangat harus tetap menyatu, tak terasa sudah sampai di pos 1, tak terasa kembali sudah sampai di pos 2, oh iya untuk pos 1 dan pos 2 di gunung lawu jaraknya lumayan jauh menurut saya, berasa mencari harta karun yang belum jelas keberadaannya, katanya dekat tapi setiap jalan kok gak sampai sampai, jadi nikmati aja ya, udah hampir hopeless sebelumnya.

friends, team pendaki, gunung lawu
Team pendaki Gunung Lawu

Oh ya, team pendakian saya untuk pertama kalinya ini berjumlah 9 orang, 1 orang dari Aceh dan 7 orang berasal dari Jakarta, nama grupnya “ Koplak Adventure”, mereka semua saya kenal hanya dalam beberapa jam sebelum pendakian dimulai, kecuali yang dari Aceh namanya Abbas, dia adalah temen sekelas kursus saya, kita dipertemukan karna umur, wkwkkw..tua maksudnya. Mereka semua emang koplak si, disepanjang jalan saya cuman bisa geleng-geleng kepala dan ketawa dengan tingkah pola mereka.

istirahat - menuju post 3

hadiah dari alam Gunung Lawu

Sebagai pemula, saya selalu bilang ketakutan saya, saya takut dingin, hal yang saya takuti terhadap gunung adalah Hipotermia, setiap denger berita duka dari gunung rata rata pasti hipotermia, makanya saya gak pernah masukin gunung sebagai list saya dalam melakukan perjalanan sebelumnya. Tapi karna support temen baru si abbas ini yang menggampangkan dan bikin adem, Tenang kalau ada apa “ada aku kok, aku jagain qo” katanya, Inilah percakapan ala ala film korea dan ini adalah gombalan lelaki banget, ha ha ha. Oh ya, saya memutuskan naik gunung bukan karna Abbas tapi karna keyakinan saya dan melawan rasa takut dalam diri saya sendiri, Apakah saya mampu?. Jadi jangan salah paham. Toh abbas gak masuk cowok kriteria saya, ha ha ha.

Salam pendaki pemula